Jumat, 07 Mei 2010

Beli Gengsi

Akhirnya emosi mengahkan segalanya seperti waktu membeli sesuatu. Tanpa berfikir panjang langsung membeli,padahal yang baru saja di beli masih ada . Alangkah sayangnya kalau itu menjadi sebuah kebiasaan. Sebab membeli sesuatu atas pertimbangan emosi bukan menbawa manfaat kalau hanya mengejar sebuah GENGSI.


Membeli karena sebuah gengsi namanya saja gengsi sama dengan prestise supaya orang lain memberi komentar WAH ! wah untuk segalanya. Tujuan akhirnya supaya orang lain memberikan komentar wah yang memberikan kesan kelas tertentu. Bagaimana kalau itu hanya kesan saja padahal realitasnya jauh dari yang terlihat.


Seperti tanpa berfikir panjang atas pertimbangan emosi membeli sepatu dengan harga setengah dari gaji bulannannya. Kalau mengunakan logika apa wajar tentu saja ada yang menjawab tidak wajar. Tetapi demi mengejar sebuah gengsi dengan pertimbangan emosi menjadi wajar. Yang menilai wajar siapa? Tentu saja yang membeli bukan orang lain.



Bagaimna mau membeli gengsi demi sebuah emosi untuk mencapai kesemuan. Yang paling baik adalah mau menyesusaikan dengan kondisi yang ada.Kalau segala sesuatu di awali dengan emosi dan memaksakan diri berakibat tidak baik dan kurang ELOK .

Tidak ada komentar: